Selasa, 27 Januari 2015

Asal Usul Catur


Permainan catur pertama kali ditemukan di masyarakat Persia dan Arab. Kata "catur" itu sendiri berasal dari kata "chaturanga," yang dalam bahasa Sanskrit berarti "empat divisi ketentaraan."

Catur kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai varian permainan sampai kemudian kita kenal seperti sekarang.

Permainan ini awalnya menyebar sampai ke Timur Jauh dan India dan menjadi salah satu pelajaran di keluarga kerajaan dan ningrat Persia. Pemuka agama Budha, pedagang yang lalu-lalang di Jalan Sutra mulai memperkenalkan papan catur untuk permainan ini.

Chaturanga masuk ke Eropa melalui Kejaraan Byzantine Persia, dan menyebar ke Kekaisaran Arab. Pemeluk agama Islam kemudian membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, dan Spanyol pada abad ke-10.

Permainan ini kemudian menjadi populer di Eropa. Dan, pada akhir abad 15, permainan ini lolos dari daftar permainan yang dilarang Gereja. Pada abad modern mulai lahir buku-buku referensi catur, kemudian penggunaan jam catur, serta sejumlah aturan permainan dan pemain-pemain hebat.

Sejarah Asal Usul Catur India

Asal-usul catur modern semula dikenal dengan nama Charuranga, yang berkembang di India pada abad ke-6. Sejak awal permainan ini sudah memperkenalkan dua pihak yang bermain, perbedaan buah catur dengan kekuataan yang berbeda, dan kemenangan tergantung pada buah terakhir, atau dalam catur modern ditandai dengan tumbangnya sang raja. Dalam catur kuno, papan catur memiliki 100 kotak atau malah lebih.

Pada awal abad 19, sebuah pendapat disampaikan Kapten Hiram Cox dan Duncan Forbes bahwa dulu catur dimainkan 4 orang sekaligus, termasuk empat pemain dalam chaturanga.

Dalam terminologi sanskrit, "Chaturanga" berarti "memiliki empat bagian" dan dalam puisi epos kepahlawanan kata itu juga berarti "tentara." Nama itu sendiri bersumber dari sebuah formasi pertempuran dalam epos Mahabrata yang terkenal di India. Chaturanga adalah sebuah simulasi permainan perang guna memperlihatkan kekuatan strategi militer India saat itu.

Ashtapada, kotak 8 x 8 di sebuah papan merupakan tempat bermain Charuranga. Papan lain yang dikenal di India adalah Dasapada 10 x 10 dan Saturankam 9 x 9.

Ilmuwan Arab Abu al-Hasan "Al? al-Mas"?d? memberi rincian tentang penggunaan catur yakni sebagai sebuah alat strategi militer, matematik, perjudian dan terkadang dihubungkan dengan ramalan nasib di India dan tempat lainnya. Catatan Mas"?d? juga menunjukkan Ivory di India merupakan daerah produsen alat permainan catur untuk pertama kali, menyebarkan serta memperkenalkan permainan ini dari Persia ke India semasa Kerajaan Nushirwan.

Kemudian terjadi evolusi pada permainan chaturanga yang dikenal dengan nama Shatranj (chatrang), yakni sebuah permainan dua orang pemain yang kekalahan dan kemenangan ditentukan melalui pembersihan terhadap semua bidak lawan (kecuali raja) atau melalui penaklukan terhadap raja lawan. Posisi pion dan kuda tidak berubah, tapi bidak lain mengalami perubahan bentuk.


Sejarah Asal Usul Catur Eropa

Variasi charunga masuk ke Eropa melalui Persia, seiring penyebaran pengaruh Kerajaan Byzantine dan perluasan Kekaisaran Arab. Catur masuk ke Eropa Selatan pada akhir milenium pertama.

Terkadang catur juga dibawa oleh pasukan yang menduduki tanah jajahan baru, seperti saat Normandia memasuki wilayah Inggris. Catur semula kurang populer di Eropa Utara –yang tak terbiasa berpikir abstrak— namun perlahan-lahan menjadi populer saat bidak figuratif dikenalkan.

Nilai sosial menjadi kelebihan permainan ini –pada masa lalu permainan ini dikaitkan dengan kehormatan dan kebudayaan tinggi— sehingga beberapa papan catur dibuat dari bahan istimewa dan berharga mahal. Popularitas catur melemah di masyarakat Barat antara abad 12 sampai 15 M. Saat itu buku catur biasanya ditulis dalam bahasa Latin.

Pada perkembangannya catur kemudian dihubungkan dengan gaya hidup ksatria Eropa. Peter Alfonsi dalam bukunya Disciplina Clericalis, memasukkan catur ke dalam tujuh keahlian yang harus dimiliki seorang ksatria.

Simbol-simbol perwira dan ketentaraan mulai masuk dalam catur. Raja Henry I, Raja Henry II dan Raja Richard I dari Inggris merupakan patron catur masa itu. Kerajaan lain yang menaruh perhatian serius pada permainan ini adalah Raja Alfonso X Spanyol dan Raja Ivan IV dari Rusia.

Saat gereja mengeluarkan larangan terhadap berbagai permainan di masyarakat, catur lolos dari daftar hitam. Santo Peter Damian mengumumkan permainan ini menjauhkan dampak buruk bagi masyarakat. Bishop Florence itu membela permainan ini karena melibatkan keahlian serta "tidak seperti permainan lainnya."

Pada abad ke 12, buah catur mulai tetap, menjadi raja (king), ratu (queen), gajah/patih (bishops), kuda (knights) dan benteng (rooks). Bidak/pion (pawn) mulai dihubungkan dengan pasukan infantri.

Perbandingan terminologi catur menurut Sanskrit, Arabic, Latin dan English


Sanskrit Arabic Latin English
Raja (King) Shah Rex King
Mantri (Minister) Firz Regina Queen
Gajah (war elephant) Al-Phil Episcopus Bishop/Count/Councillor
Ashva (horse) Fars Miles/Eques Knight
Ratha (chariot) Rukh Rochus Rook
Padati Baidaq Pedes Pawn


Pada abad pertengahan, permainan ini berjalan lama, bahkan ada permainan yang baru selesai setelah diadakan berhari-hari lamanya. Peraturan tentang pembatasan waktu baru mulai diperkenalkan tahun 1.300. Aturan pion/bidak boleh melangkah dua bidak saat pertama kali melangkah juga diperkenalkan.

Pada tahun 1.475 terjadi evolusi permainan catur. Mulai diperkenalkan konsep langkah Ratu –buah yang paling kuat—serta mulai diperkenalkan konsep promosi pion yang bisa berubah menjadi ratu. Gajah perang dalam chatunga juga berubah istilah menjadi bishop. Dengan demikian skak mat menjadi lebih mudah di permainan ini dan mengurangi secara drastis langkah-langkah yang diperlukan.

Seorang pemain Italia, Gioacchino Greco, tercatat sebagai pecatur profesional pertama dalam sejarah permainan ini. Ia menulis buku catur dan menampilkan beberapa komposisi permainan serta analisis catur. Karya ini membuat catur menjadi permainan populer serta mulai menunjukkan teori, taktik dan strategi permainan ini.

Karya pertama yang memuat berbagai variasi dan kombinasi kemenangan ditulis oleh Franchois-Andre Danican Philidor dari Prancis. Ia menunjukan permainan catur terbaik selama 50 tahun terakhir dan buku itu dipublikasi pada abad 18. Bukunya berjudul L'Analyze des echecs (Analisa Catur), sebuah buku berpengaruh hingga dicetak ulang sampai 100 kali.


Permainan Catur di Era Modern

Kompetisi catur mulai digelar tahun 1.834 dan tahun 1.851 Turnamen Catur London mulai mengenalkan pembatasan waktu bagi setiap pemain.

Dalam catatan pertandingan seorang pemain terkandang menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk menganalisa satu langkah. Tapi di turnamen catur London seorang pecatur hanya diperbolehkan menghabiskan waktu 2 jam 20 menit untuk mengambil satu langkah.

Pada perkembangannya, mulai diperkenalkan catur cepat: catur 5 menit. Namun yang populer adalah aturan dua jam bagi setiap pecatur untuk melangkah sebanyak 30 kali. Pada varian akhir, seorang pemain yang gagal memenuhi kewajiban itu akan mendapat penalti.

Di tahun 1.861 turnamen catur dengan pembatasan waktu mulai dimainkan di Bristol, Inggris. Alat waktu yang digunakan adalah jam pasir.

Jam catur modern dengan dua tombol lalu ditemukan untuk memudahkan permainan ini. Seorang pemain bisa menghentikan jarum jamnya saat ia selesai melangkah. Jam catur yang dilengkapi tanda –bendera jatuh-- bagi pemain yang melampaui batas waktu sudah mulai dikenal pada akhir abad 19.

Islam dan Catur

Terdapat laman-laman web yang dikendalikan oleh pendakwah Kristian (seperti Answering Islam) yang membuat dakwaan bahawa Rasulullah S.A.W. dan Islam mengharamkan permainan catur. Para ulama berbeda pendapat mengenai permainan catur, dengan sebilangan mereka mengatakan boleh dan sebilangan lagi mengatakan makruh dan sebilangan lagi yang mengharamkannya. Ada yang menyatakan hadis-hadis berkaitan dengan permainan catur tetapi apa yang nyata adalah permainan catur ini menular di kalangan penganut agama Islam setelah pengislaman negara Parsi bermula dalam 637M iaitu selepas kewafatan Rasulullah S.A.W. dalam tahun 632M. Dr. Syeikh Yusuf Al-Qardawi beranggapan hadis-hadis yang disebutkan mengenai permainan catur adalah hadis palsu kerana Rasulullah S.A.W. wafat sebelum penaklukan negeri Parsi. Khulafa al-Rasyidin sendiri berbeza pendapat mengenai permainan catur. Khalifah Umar r.a. menganggapnya lebih melekakan daripada nard (backgammon) sementara Saidina Ali r.a. melihatnya sebagai satu perjudian (kerana ada yang bertaruh wang bermain catur). Sahabat-sahabat lain dan ulama-ulama yang mengikut semasa dan selepas Khulafa al-Rasyidin seperti were Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Sirin, Hisham bin Umrah, dan Said ibn Al-Musayyib membenarkan permainan catur. Asas kebenaran adalah catur tidak melibatkan pertaruhan nasib sebaliknya melibatkan kemahiran dan strategi. Dr. Syeikh Yusuf Al-Qardawi berpandangan permainan catur dibolehkan di dalam Islam, seperti mana permainan-permainan yang lain, selagi mana perkara-perkara berikut dijaga oleh pengamalnya.


Semoga bermanfaat yaa..

Christina Perri : Jar of Hearts



You know, I can't take one more step, towards you
Kau tahu, aku tak bisa lagi melangkah, mendekatimu

Cause all that's waiting is regret
Karena yang menantiku hanyalah penyesalan
And don't you know I'm not your ghost anymore
Dan tak tahukah kau aku bukan hantumu lagi
I lost the love, I loved the most
Aku tlah kehilangan cinta dari orang yang paling kucinta

BRIDGE
I learned to live, half alive
Aku belajar hidup, setengah mati
And now you want me one more time
Dan kini kau inginkan aku sekali lagi

CHORUS
And who do you think you are?
Dan kau kira siapa dirimu?
Running round leaving scars
Ke sana kemari membuat luka
Collecting your jar of hearts
Mengumpulkan guji hatimu
And tearing love apart
Dan mematahkan cinta
You're gonna catch a cold
Kau 'kan terserang demam
From the eyes inside your soul
Dari mata dalam jiwamu
So don't come back for me
Maka janganlah kau kembali padaku
Who do you think you are?
Kau kira siapa dirimu?

I hear you're asking all around
Kudengar kau bertanya ke mana-mana
If I am anywhere to be found
Tentang keberadaanku
But I have grown too strong
Namun kini aku tlah terlalu tangguh
To ever fall back in your arms
Untuk jatuh lagi dalam pelukmu

BRIDGE

CHORUS

Dear, it took so long, just to feel alright
Kasih, butuh waktu lama untuk merasa baikan
Remember how you put back the light in my eyes
Ingat bagaimana kau nyalakan kembali cahaya di mataku
I wish, that I had missed the first time that we kissed
Andai kulewatkan saat pertama kita berciuman
Cause you broke all your promises
Karna kau ingkari janjimu

And now you're back
Dan kini kau kembali
You don't get to get me back
Kau tak bisa mendapatkanku lagi

CHORUS (2x)
Don't come back at all
Jangan pernah kembali

Who do you think you are?
Kau kira siapa dirimu?

Sejarah Awal Berdirinya Kerajaan Kediri







Kerajaan Kediri Kerajaan Hindu yang berada di daerah Jawa Timur, berdiri antara tahun 1042 sampai dengan tahun 1222. Dalam sejarah disebutkan pusat Kerajaan Kediri berada di Kota Daha, yaitu sebuah kota yang letaknya berada di sekitar Kota Kediri sekarang.
Kerajaan Kediri adalah penerus dari Kerajaan Kahuripan dan pernah mencapai masa kejayaan di saat kerajaan dipimpin oleh Airlangga. Oleh karena itu, para penguasa Kerajaan Kediri selanjutnya adalah penerus dari Dinasti Isyana di Jawa. Pada tahun 1045, Airlangga membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua. Airlangga membagi wilayah kerajaannya dikarenakan oleh perselisihan kedua putranya, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan, mereka bersaing memperebutkan takhta kerajaan.

Dibagian barat Kerajaan diserahkan kepada Sri Samarawijaya yang mendapat gelar Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa. Kerajaannya diberi nama Panjalu, dan pusat kerajaan di kota baru yang bernama Daha. Sedangkan Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan disebelah timur. Kemudian kerajaannya bernama Janggala dan mempunyai pusat kerajaan di kota lama, yang bernama Kahuripan. Kemudian, Airlangga mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan memilih hidup sebagai pertapa. Empat tahun kemudian, Airlangga meninggal.
Peristiwa pembagian kerajaan oleh Airlangga disebutkan dalam Nagarakretagama dan Serat Calon Arang. Prasasti Turun Hyang II (1044) juga menguatkan informasi tentang pembagian kerajaan tersebut, dalam sejarah Kerajaan Kediri.

Dalam perjalanan sejarah Prasasti Turun Hyang II merupakan piagam pengesahan anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk Desa Turun Hyang karena mereka setia membantu Janggala melawan Panjalu. Oleh karena itu, Desa Turun Hyang ditetapkan sebagai sima swatantra atau perdikan (daerah yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak).
Kerajaan Panjalu kemudian lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Pada awal beridirinya, nama Panjalu atau Pangjalu lebih sering digunakan daripada nama Kadiri atau Kediri. Sebutan nama Panjalu dapat kita dijumpai di prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja raja Kerajaan Kediri. Dalam kronik Cina yang berjudul Ling Wai Tai Ta (1178), nama Panjalu bahkan muncul dengan sebutan Pu-chia-lung.

Semoga bermanfaat bagi pembaca..

Taubat Menangis Hingga Buta

 Kisah ini
Karena merasa terlalu banyak dosa yang dilakukan, seorang wanita hendak bertobat. Ia kemudian memohon ampunan kepada Allah SWT seraya terus menangis hingga kedua matanya buta. Meski begitu, wanita teladan ini tetap ikhlas walau kedua matanya buta, asalkan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Pada suatu hari, Saleh Al-Muri melihat seorang wanita tua memakai baju kasar di Mihrab Daud as.
Wanita yang telah buta matanya itu sedang mengerjakan shalat sambil menangis terisak-isak.
Setelah selesai shalat, dia mengangkat wajahnya ke langit sambil berdoa,
“Wahai Tuhan, Engkaulah tempatku memohon dan pelindung hidupku. Engkaulah penjamin dan pembimbingku dalam mati. Wahai Yang Maha Mengetahui perkara yang tersembunyi dan rahasia, serta setiap getaran batin, tidak ada Rabb bagiku selain Engkau yang kuharap dapat terhindar bencana yang dahsyat.”

Menangis hingga buta.
Saleh Al-Muri kemudian memberi salam kepada perempuan tersebut dan bertanya,
“Wahai saudaraku, apa yang menyebabkan hilangnya penglihatanmu?”
“Aku menyesali perbuatanku, aku menangis hingga kedua mataku ini buta,” ujar wanita itu dengan jujur.
Meski buta, wanita tersebut tahu bahwa yang berbicara dengannya adalah Saleh Al-Muri, ulama yang terkenal bacaan Al-Qur’annya merdu.
“Tangisku disebabkan sedihnya hatiku karena terlalu banyak maksiatku kepada-Nya, dan terlalu sedikitnya ingatan dan pengabdianku kepada-Nya. jika Dia mengampuniku dan menggantinya di akhirat nanti, lebih baik kedua mataku ini buta. Jika Dia tidak mengampuniku, buat apa kedua mata ini di dunia, jika akan dibakar di neraka nanti,” imbuh wanita itu.
Saleh pun ikut menangis karena sangat terharu mendengar HUJJAH mengharukan wanita itu.
“Wahai Saleh, sudikah kiranya engkau membacakan sesuatu dari ayat Al-Qur’an untukku. Aku sudah sangat rindu mendengarnya,” pinta wanita itu.

Meninggal Dunia.
Lalu Saleh membacakan sebuah ayat dari Al-Qur’an berikut ini,
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلا آبَاؤُكُمْ قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ
Artinya:
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”. Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, Padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”
(QS. Al-An’am: 91).
“Wahai Saleh, siapakah yang berkhidmat kepada-Nya dengan sebenarnya?” kata wanita itu lalu menjerit sekuat tenaga hingga menggoncangkan hati orang yang mendengarnya.
Kemudian wanita buta itu jatuh ke bumi dan meninggal dunia seketika itu juga.
Pada suatu malam, Saleh Al Muri bermimpi berjumpa dengan wanita tua itu dalam keadaan memakai baju yang sangat bagus. Dalam mimpiya Saleh bertanya,
“Bagaimana keadaanmu sekarang?”
Wanita itu menjawab,
“Alhamdulilah sangat baik, sebaik saat ruhku dicabut, aku didudukkan di hadapan-Nya.”
Kemudian Allah SWT berkata,
“Selamat datang wahai orang yang meninggal akibat terlalu sedih karena merasa sedikit khidmatnya kepada-Ku.”

Itulah sepenggal kisah wanita yang menangis hingga membuat kedua matanya menjadi buta. Selamat membaca yaa..